Minggu, 17 September 2006

tadabbur:menuju khoiru ummah

ini tulisan mas Edy di milis KAMMI-JP,


:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::


Tadabbur ayat AQ seringkali menyenangkan. Banyak sisi yg
dapat digali utk berbagai konteks. Semakin kita banyak
menggali AQ, ilmu-ilmu kehidupan akan semakin kaya dg
ilmu-ilmu yg berbasis AQ dan Sunnah.

Saat ini kita lebih sering mengutip pendapat-pendapat
orang barat dlm ilmu sosial kemasyarakatan. Padahal kita
punya khazanah pengetahuan khas dalam sosial
kemasyarakatan. Sebenarnya dg semakin kita banyak mengutip
pendapat scholar Islam, semakin hidup pengetahuan yg
berbasis AQ dan Sunnah. Karena semakin dielaborasi dan
ditafsirkan, akan semakin berkembang.
***

Ketika mendengarkan tadabbur QS Ali Imron 102-104 dalam
beberapa kesempatan, masing-masing ada uraian yg berbeda,
namun saling memperkaya. Hingga nantinya sampai pada ayat
110, ttg khoiro ummah.

Pertama adalah masalah masalah asasi yaitu perintah utk
taqwa dan sekali-kali jangan meninggal kecuali dalam Islam
(102).

Kedua perintah utk menjaga persaudaraan dan persatuan
(larangan berceraiberai). Dalam ayat 103 disebutkan Allah
mempersatukan hati (qalbu). Inti ukhuwah adalah ikatan
hati. Meskipun seseorang berada dalam satu organisasi atau
partai yg nota bene mempunyai agenda sama, bila hati tdk
saling terikat, maka yg ada adalah berpecah belah.
Sebaliknya, berbeda organisasi maupun berbeda negara, jika
hati saling terikat, persatuan yg kita dapatkan.

........


Setelah perintah utk memperkuat taqwa dan ukhuwah, Allah
memerintahkan pembentukan kutlah dakwah (kelompok dakwah)
dalam ayat 104.

Wal takun minkum ummatun yad'uuna ila-l-khoir, ....

"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan
mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung."

Hal menarik dari pemaparan tadabbur ayat ini adalah, bahwa
menurut kaidah bahasa lebih mengena jika diartikan "wal
takun" sbg "bentuklah" atau "buatlah", "jadikanlah", bukan
"hendaklah" yg terlihat sbg sebuah option. Mungkin akar
katanya sama dg kalimat Kun (jadilah) fa yakun (maka
menjadi), juga kata kaana (menjadi).

Hal menarik lainnya adalah masalah urutan dakwah. Bahwa
urutan penyebutan tugas dakwah di ayat 104 bisa menjadi
petunjuk urutan dalam melakukan dakwah. Yaitu dimulai dari
ajakan kpd kebaikan, kemudian setelah itu menyuruh yg
ma'ruf dan mencegah yg munkar.

Bahwa dakwah itu dimulai dg ajakan-ajakan pd kebaikan,
bukan sebaliknya langsung mencegah kemunkaran.


Ini akan berbeda dg ayat 110 nanti, yg tdk ada kata
"mengajak pd kebaikan", namun langsung "memerintahkan yg
ma'ruf dan mencegah yg munkar".

Dakwah yg dilakukan dalam kondisi blm lemah dlm bargaining
position, dijalankan dg memulai ajakan pd kebaikan. Akan
kontraproduktif jika dilakukan sebaliknya dg pemaksaan
dsb.

Satu hal menarik lagi adalah masalah dakwah dan kekuatan,
sbgmn dijelaskan Ibnu Taimiyah. Seseorang tdk bisa
"menyuruh" dan "mencegah" (sbgm dalam ayat 104) kalau tdk
punya bargaining position.

Kita kepada atasan, kepada professor kita tdk bisa
menyuruh melakukan hal ini itu. Sebaliknya atasan dan
professor bisa menyuruh dan melarang kita. Ini krn posisi
tawar kita lemah. Bagi yg lemah posisi tawar spt ini, yg
ada adalah memohon, meminta, mengajak. Bukan menyuruh atau
mencegah (melarang).

Pun ormas Islam, ketika bisanya hanya meminta, mengajak
kepada pemerintah utk memberantas korupsi, berarti ormas
Islam masih dalam posisi lemah daya tawarnya.

...........
Kalau ormas dakwah Islam atau partai Islam bisa menggertak
pemerintah utk menjalankan kebaikan dan melarang
kemaksiatan-keburukan, barulah bisa dikatakan mulai bisa
mewujudkan amar ma'ruf nahi munkar. Bisa menyuruh dan
mencegah.

Sehingga memang dakwah arahnya ke sana, membangun
bargaining position agar dapat menjalankan perannya utk
menyuruh pd yg ma'ruf dan mencegah hal yg munkar setelah
ajakan pd kebaikan.

Ini artinya bahwa dakwah dibangun dg kekuatan. Kekuatan
sosial, kekuatan ekonomi, kekuatan politik dsb utk
mendukung tercapainya posisi tawar yg cukup. Sehingga
seruan pemberantasan korupsi, pemberantasan pornografi
bukan bukan lagi terhenti sebagai seruan atau deklarasi.
Namun mesti menjadi sebagai gertakan. Sampai pada gerakan
di birokrasi.

Allah swt menyebut orang-orang yg ikut dalam aktivitas
dakwah (mengajak kebaikan, menyuruh ygma'ruf dan mencegah
yg munkar) sbg orang-orang yg beruntung.

Ayat selanjutnya berisi ttg akhirat.

Hingga ayat 110.
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari
yang munkar, dan beriman kepada Allah. .."

Ketika dakwah menjadi panglima, mampu mengantarkan ummat
menjadi khoiro ummah. Ummat Islam menjadi ummat yg berdaya
tawar. Sbgmn digambarkan dalam QS Al Baqarah 143, ummatan
wasathan, ummat yg mampu mengadili. Di sini disebutkan
menyuruh yg ma'ruf dan mencegah yg munkar. Tdk ada kata
mengajak kebaikan. Meski mengajak kpd kebaikan merupakan
aktivitas yg terus menerus. Namun ada sebuah penekanan yg
menarik. Bahwa khoiru ummah ini dg kekuatannya bisa
menjalankan amar ma'ruf nahy munkar. Bahwa khoiru ummah
adalah yg mengendalikan. Bukan lagi meminta, bukan lagi
menghimbau. Tapi memang menyuruh dan melarang.

Allahu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar